#7 PRAKTEORI

 "Alah kebanyakan teori, praktik aja yang penting!" - Orang Lewat

Menurutmu, apakah praktik lebih penting daripada teori? apakah praktik itu segalanya dan menganggap bahwa teori itu omong kosong belaka?

Sebagai Mahasiswa saat itu, saya amatlah keras kepala. Menganggap bahwa praktik lebih penting daripada teori. Seolah teori itu hanya dasar saja yang tidak perlu terlalu mendalam, yang penting praktik, praktik, praktik! Saat praktik ke sekolah, bertemu dengan banyak siswa yang beragam. Bermodalkan tekad dan kekuatan praktik juga common sense  yang kebablasan, merasa sudah siap untuk terjun ke lapangan. 

Suatu waktu saya dihadapkan dengan salah seorang siswa yang memiliki masalah dengan keluarganya di masa lalu. Saya teringat perkuliahan, teori psikoanalisis dari Sigmund Freud. Menurut dosen saat itu, menggunakan pendekatan psikoanalisis ketika mendapatkan konseli yang memiliki masalah di masa lalu sangat tepat. Tapi saya telan mentah-mentah kalimat itu. Tanpa saya coba kaji lebih dalam, tipe/karakter konseli seperti apa yang tepat untuk menggunakan pendekatan psikoanalisis.

Saat sesi konseling, saya banyak sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan masa lalu. Padahal, konseli tersebut banyak berorientasi terhadap masa depan. Sehingga membuat konseli tidak nyaman untuk berbincang dengan saya (terlihat dari gesture tubuh dan wajah). Saat itu saya merasa gagal, karena konseli merasa tidak nyaman dengan konselor, pertanda ada yang salah dalam diri saya.

Dua bulan kemudian, Jurusan mengadakan Stadium Generale yang dimana pembicaranya adalah Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd (Guru Besar BK dan Pendidikan). Saat itu Tema yang dibahas adalah terkait membangun paradigma baru BK di abad ke-21. Pemaparan yang sangat jelas dan apik, mendorong saya untuk mempertanyakan hal-hal yang selama ini diresahkan. Setelah melalui peristiwa kegagalan menangani konseli.

"Prof, saya izin bertanya. setelah merasakan praktik di lapangan saya melihat ada Gap antara teori dan praktik. Teori yang ada tidak relevan dengan kondisi riil praktik yang dilakukan. Bagaimana prof memandang hal tersebut?" Tanya saya sambil gemetar.

Kurang lebih jawaban dari Prof Sunaryo adalah seperti ini :

Kita tidak bisa memisahkan antara teori dan praktik. Keduanya adalah hal yang sangat esensial dan tidak bisa dipisahkan. Teori tanpa praktik hanya akan menumpuk sejuta hipotesa tanpa ada kesadaran untuk memvalidasi realitas lapangan. Praktik tanpa Teori hanya akan membawa kepada praktik-praktik yang tidak kokoh secara konsep dan jatuh ke lubang malpraktik. Sehingga, solusi daripada kesenjangan itu diperlukan early learning from experience. Perbanyak observasi, praktik di lapangan, berhadapan langsung dengan realitas yang ada di lapangan. Sehingga ada kesatuan unjuk kerja yang komprehensif dan bermakna juga berdampak lebih baik lagi.

"booom!" kurang lebih itu suara yang muncul dalam pikiran saya. Kaget bukan main, ternyata selama ini amatlah memandang sebelah mata, kacamata kuda. Padahal dalam penjelasan Prof, sudah sangat gamblang dijelaskan. Keterlaluan saat itu kalau saya masih ngeyel.

Akhirnya, sangat terasa sekali sampai dengan hari ini. PRAKTEORI! Praktek-Teori, yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya berkesinambungan. Perlu diperdalam dan perlu banyak dilakukan. Jangan lupa juga sering-sering baca kondisi zaman. Supaya tulisan ini juga mampu memberikan pencerahan bagi siapapun yang meng-agungkan praktik ketimbang teori. Seimbang itu amatlah perlu.

Jadi, masih berpikir kalau teori itu engga terlalu penting dan praktik lebih penting?
Mari coba berpikir kembali.



Komentar

Postingan Populer