Mereka Menulis, Maka Mereka Ada

Kalau kamu pernah nonton film "Freedom Writers" yang ceritanya diadopsi dari kisah nyata, maka cerita dalam tulisan ini tergerak dari inspirasi film tersebut. Mrs. Erin, guru hebat yang diberi tanggung jawab oleh sekolah untuk menjadi Guru Bahasa Inggris di kelas yang penuh konflik. Kelas Mrs.Erin adalah kelas yang paling kompleks, rumit, dan saling "membunuh" satu sama lain. Suatu ketika Mrs. Erin menugaskan siswa-siswanya untuk membaca satu buku yang berjudul "Diary of Anna Frank" yang kurang lebih isinya tentang perjuangan Anna Frank pada saat peristiwa holocaust. Nuansa perjuangan yang ada di buku tersebut, Mrs.Erin menugaskan siswa-siswanya untuk menulis diary masing-masing. Sampai pada akhirnya, siswa-siswa di kelas Mrs.Erin berubah total! Penasaran? mending nonton aja filmnya ya..

Nah, terinspirasi dari film tersebut akhirnya saya memutuskan untuk mengaplikasikan menulis diary itu di sekolah. Masih di SMK Pariwisata IT Nurul Imam, pengalaman pertama masuk ke kelas X tahun 2016. Saya menugaskan seluruh siswa untuk menulis diary pengalaman mereka semasa kecil hingga masa ia SMK. Tiga hari kemudian, semua siswa mengumpulkan buku diary. Ada yang ditulis secara lengkap, ada juga yang hanya singkat dalam 2 paragraf. Kurang lebih membutuhkan waktu 40 menit untuk membaca, Setelah membaca, saya mendapatkan banyak pelajaran dari cerita-cerita setiap siswanya yang berbeda. Ada siswa yang cenderung menceritakan kesedihan hidupnya, ada pula yang menceritakan kebahagiaan hidupnya.

Setelah saya membaca seluruh diary siswa, tak lupa saya memberi feedback sebagai bentuk apresiasi dan respon atas cerita yang dituliskan. Ada yang saya beri feedback memberi semangat, menanyakan cerita, dan mengaitkan perjalanan hidupnya dengan hikmah dalam Al-Qur'an. Beberapa siswa mulai berguguran menulis diary, ada yang hanya sampai setengah buku saja. Tapi, ada juga yang menulis sampai 1 buku penuh habis dan menambah setengah isi buku. Setiap tulisannya menggambarkan kondisi keseharian, impian, dan konflik-konflik diri dan lingkungannya.

Hal yang menarik adalah, mereka semakin hari semakin berubah. Semakin dewasa, semakin mampu bijak menghadapi berbagai situasi. Meskipun banyak tekanan yang muncul, tapi ia tetap menulis sebagai bentuk mengurangi tekanan-tekanan yang ada. 

Siapakah siswa yang telah menulis 1 buku penuh diary itu? sebut saja namanya Adin dan Dini. Mereka telah membuktikan bahwa mereka mampu untuk menulis diary sebagai terapi bagi dirinya untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik lagi. 

Mereka menulis, maka Mereka ada.

Sudah kurang lebih 2 tahun tidak lagi berjumpa dengan kelas itu. Saya tidak tahu apakah mereka masih menulis diary atau tidak. Setidaknya, satu pelajaran yang diberikan adalah tentang belajar untuk merenungi sejarah diri, mengambil poin-poin penting kehidupan agar mampu berubah ke arah yang lebih baik lagi.

Padahal, kalau buku itu dirapihkan dan dijadikan satu buku bisa jadi sebuah novel atau kisah nyata yang dibukukan. 

Mereka akan tau, perubahan selama 3 tahun itu.

Semoga bermanfaat


Bandung, 27 Februari 2019
Fikri Faturrahman

Komentar

Postingan Populer